Sunday, June 18, 2017

Aceh di Mata Khilafah Utsmaniyah - Pembelaan Terhadap Aceh dalam Film Payitaht Abdülhamid

Kesultanan Aceh Darussalam tercatat pernah memiliki hubungan yang dekat dengan Kesultanan Utsmani. Ismail Hakki Göksoy di dalam artikelnya berjudul “Ottoman-Aceh relations as documented in Turkish sources” menjelaskan hubungan antara dua kesultanan tersebut berdasarkan arsip dokumen-dokumen resmi Kesultanan Utsmani.

Kesultanan Aceh Darussalam mulai berdiri sejak abad ke-16 dengan Sultan Ali Mughayat Syah sebagai sultan pertamanya. Pada saat itu, Aceh merupakan kerajaan yang berpengaruh di kawasan Sumatera. Kesultanan Aceh Darussalam menjadi ekspansif pada era kepemimpinan Sultan Alauddin al-Kahhar. Untuk memperluas kekuasaan dan meningkatkan perekonomiannya, Aceh berambisi untuk menguasai Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan rempah-rempah internasional. Untuk itu, Aceh harus bersaing dengan Kesultanan Johor dan Portugis yang menguasai Malaka.

Sebuah film sinetron berjudul “Payitaht Abdülhamid” menggambarkan kisah pembelaan Kekhilafahan Utsmaniyah terhadap Aceh di Indonesia. Kisah tersebut dapat dilihat pada episode ke-15 sinetron berbahasa Turki itu.

Dikisahkan, Sultan Abdul Hamid II menerima surat dari muslim di Aceh. Dalam surat itu, rakyat Aceh menyampaikan tentang perlakuan penjajah Belanda yang sudah kelewat batas. Penjajah tidak mengizinkan mereka untuk ibadah haji. Mereka menyampaikan persoalan tersebut kepada Sultan dengan harapan mendapat pembelaan.

Mendengar hal itu, Sultan Abdul Hamid II pun marah. Di akhir cuplikan film, tampak adegan Sultan memanggil duta besar Belanda untuk memperjuangkan hak rakyat Aceh agar dapat ibadah haji.

Sinetron tersebut ditayangkan di stasiun televisi nasional Turki, TRT 1. Dikutip dari situs web IMDB, Payitaht Abdülhamid adalah film yang mengisahkan tentang perjuangan sultan Abdul Hamid II untuk mempertahankan keberlangsungan Kekhilafahan Utsmaniyah (Ottoman).

Silahkan isi komentar anda disini..!
EmoticonEmoticon